PEMILU HANYALAH RITUNITAS POLITIK TAHUNAN SAJA TIDAK AKAN TERJADI PERUBAHAN YANG BERUBAH HANYA PEMEGANG KEKUASAAN YANG SIAP MERAMPOK NEGARA INI DAN POLITISI ITU HANYALAH MANUSIA SESAT YANG CUMA BISA MENCARI HARTA DENGAN JALAN BERBOHONG DAN MENIPU RAKYAT MEREKA ADALAH ORANG ORANG YANG SANGGUP MEMBOHONGI TUHAN DAN AGAMANYA HANYA DEMI KEKUASAAN
Jumat, 21 Desember 2012
KUMPULAN TEORI MENGAPA ORANG SENANG MELAKUKAN KORUPSI
1. Teori Vroom.
Teori Vroom menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kinerja seseorang dengan kemampuan dan motivasi yang dimiliki sebagaimana tertulis dalam fungsi berikut:
P = f (A , M)
P = Performance
A = Ability
M = Motivation
Berdasarkan Teori Vroom .kinerja (performance) seseorang merupakan fungsi dari kemampuannya (ability) dan motivasi(motivation). Kemampuan seseorang ditunjukkan dengan tingkat keahlian (skill) dan tingkat pendidikan (knowledge) yang dimilikinya. Jadi, dengan tingkat motivasi yang sama seseorang dengan skill danknowledge yang lebih tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Hal tersebut terjadi dengan asumsi variabel M (Motivasi) adalah tetap. Tetapi Vroom juga membuat fungsi tentang motivasi sebagai berikut:
M = f (E , V)
M = Motivation
E = Expectation
V = Valance/Value
Motivasi seseorang akan dipengaruhi oleh harapan (expectation) orang yang bersangkutan dan nilai(value) yang terkandung dalam setiap pribadi seseorang. Jika harapan seseorang adalah ingin kaya, maka ada dua kemungkinan yang akan dia lakukan. Jika nilai yang dimiliki positif maka, dia akan melakukan hal-hal yang tidak melanggar hukum agar bisa menjadi kaya. Namun jika dia seorang yang memiliki nilai negatif, maka dia akan berusaha mencari segala cara untuk menjadi kaya salah satunya dengan melakukan korupsi.
2. Teori Kebutuhan Maslow.
Maslow menggambarkan hierarki kebutuhan manusia sebagai bentuk piramida. Pada tingkat dasar adalah kebutuhan yang paling mendasar. Semakin tinggi hierarki, kebutuhan tersebut semakin kecil keharusan untuk dipenuhi. Hierarki tersebut terlihat dalam piramida berikut ini:
Teori Kebutuhan Maslow tersebut menggambarkan hierarki kebutuhan dari paling mendasar (bawah) yaitu hingga naik paling tinggi adalah aktualisasi diri. Kebutuhan paling mendasar dari seorang manusia adalah sandang dan pangan (physical needs). Selanjutnya kebutuhan keamanan adalah perumahan atau tempat tinggal, kebutuhan sosial adalah berkelompok, bermasyarakat, berbangsa. Ketiga kebutuhan paling bawah adalah kebutuhan utama (prime needs) setiap orang. Setelah kebutuhan utama terpenuhi, kebutuhan seseorang akan meningkat kepada kebutuhan penghargaan diri yaitu keinginan agar kita dihargai, berperilaku terpuji, demokratis dan lainya. Kebutuhan paling tinggi adalah kebutuhan pengakuan atas kemampuan kita, misalnya kebutuhan untuk diakui sebagai kepala, direktur maupun walikota yang dipatuhi bawahannya.
Jika seseorang menganggap bahwa kebutuhan tingkat tertingginya pun adalah kebutuhan mendasarnya, maka apa pun akan dia lakukan untuk mencapainya, termasuk dengan melakukan tindak pidana korupsi.
3. Teori Klitgaard.
Klitgaard memformulasikan terjadinya korupsi dengan persamaan sebagai berikut:
C = M + D – A
C = Corruption
M= Monopoly of Power
D= Discretion of official
A= Accountability
Menurut Robert Klitgaard, monopoli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of power) ditambah dengan tingginya kekuasaan yang dimiliki seseorang (discretion of official) tanpa adanya pengawasan yang memadai dari aparat pengawas (minus accountability), menyebabkan dorongan melakukan tindak pidana korupsi.
4. Teori Ramirez Torres.
Menurut Torres suatu tindak korupsi akan terjadi jika memenuhi persamaan berikut:
Rc > Pty x Prob
Rc = Reward
Pty = Penalty
Prob = Probability
Dari syarat tersebut terlihat bahwa korupsi adalah kejahatan kalkulasi atau perhitungan (crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan (passion). Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil(Rc=Reward) yang didapat dari korupsi lebih tinggi dari hukuman (Pty=Penalty) yang didapat dengan kemungkinan (Prob=Probability) tertangkapnya yang kecil.
5. Teori Jack Bologne (GONE)
Menurut Jack Bologne akar penyebab korupsi ada empat, yaitu:
G = Greedy
O = Opportunity
N = Needs
E = Expose
Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, sistem yang memberi peluang untuk melakukan korupsi. Needs, sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposes, hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain.
Senin, 03 Desember 2012
DEMOKRASI DAN KEMUNAFIKAN..PARTAI POLITIK
Oleh GALANG
PRATAMA. ....demokrasi merupakan asa dari rakyat dimana keadilan dan
keinginan kolektif dalam mewujudkan kesejahteran dan kedamaian sedangkan partai politik merupakan keNdaraan untuk
mencapai mewujudkan asa kolektif tersebut
Tanpa partai politik mustahil
demokrasi bisa diwujudkan menjadi realitas kongkret, demi terwujudnya kehidupan
yang lebih baik. Dengan segenap kelebihan dan kekurangannya, demokrasi
merupakan life system yang mendasari tegaknya keadilan. Inilah aksioma yang
hampir tak terbantahkan. Partai politik, dengan demikian, hadir sebagai
instrumen untuk menghimpun kekuatan massa yang secara asertif berdiri tegak di
garda depan perjuangan mewujudkan demokrasi
Sangat bisa
dimengerti pada akhirnya mengapa di negara-negara otoriter, sistem politik
berpijak pada prinsip single party . Hanya di negara-negara demokratislah
benar-benar lahir dan berkembang sistem multipartai.
Dengan logika seperti itu,
tampak jelas betapa sesungguhnya sangatlah penting dan strategis keberadaan
partai politik. Melalui kelembagaan partai politik itulah,seharus,,harapan untuk mewujudkan keinginan rakyat
bisa di kogkritkan...tapi kenyataan semakin banyak partai yang ikut dalam pemilu.,,
Semakin jauh harapan rakyat bisa
terwujud Berbagai konsekuensi
dalam hal pengelolaan partai politik hingga berujung pada tercapainya kekuasaan
di parlemen atau di pemerintahan, untuk setiap tokoh partai,
departemen-departemen politik seharusnya
tidak merupakan mata pencaharian. Pada setiap jabatan politik adalah jabatan amanah Tapi aneh
bin ajaib, semua hal yang baru saja dikemukakan merupakan sesuatu yang indah di
atas kertas.
Pada prakteknya di belantara politik, tokoh-tokoh politik tak
lebih hanyalah "SRIGALA -SRIGALA
Lapar yang siAP MENERKAM". Dalam realitas hidup yang sangat
kongkret, tokoh-tokoh politik yang berafiliasi dengan partai-partai politik tak
lebih hanyalah monster yang begitu ambisius memburu kekuasaan-hampir tanpa
titik jedah. Dan setelah kekuasaan benar-benar diraih, praksis politik
disterilisasi sepenuhnya dari keniscayaan mewujudkan kedaulatan rakyat. Politik
sebagai panggilan nasional pun lantas berhenti sekadar sebagai kata-kata kosong
tanpa makna. Pelan tapi pasti, masyarakat merasakan secara sangat kongkret
sesuatu yang teramat aneh. Betapa sesungguhnya, tokoh-tokoh partai yang
berhasil meraih kekuasaan itu teralienasi dari amanat
Tak bisa
disangkal dan diragukan lagi, kita hidup di dunia yang penuh dengan
kemunafikan. Bagaikan udara, kemunafikan terasa di setiap nafas yang kita
hirup. Kemunafikan juga tampak di setiap sudut yang dilihat oleh mata.baik mata
hati maupun mata batin kita,namun kita
seakan mengiyakan atau memang tidak mau
ambil pusing dengan sikon ini yang terus
mengalir bagaikan air mengisi secara
perlahan dari beragai aspek kehidupan kita,kenyataan ini akan terus berlanjut jika kita terus diam dan
diam,perubahan tidak aka terjadi Mungkin, konsep ini benar: kita munafik,
apakah kita mau mengakuinya..???
Politik juga
adalah bidang yang digerogoti oleh penyakit kemunafikan. Senyum di media
disebarkan secara luas, sementara korupsi dan penipuan terus dilakukan.
Janji-janji indah digemakan, sementara praktek nyata untuk perbaikan kehidupan
bersama tak kunjung tiba. Baju necis dan bau harum menjadi ciri para politikus
untuk menutupi kekotoran tindakan mereka yang telah menipu rakyat banyak
orang.,mereka berbicara atas nama rakyat tetapi sikap dan perbuatan mereka
menindas serta memperkosa hak hak rakyat
Pidato dibuat
seindah mungkin, didukung dengan data-data yang telah dipalsukan, untuk
menutupi kenyataan sosial yang menyakitkan. Retorika, yakni kemampuan
mempermainkan kata dan menjungkirbalikkan kebenaran, menjadi senjata para
politikus untuk menyembunyikan borok politik yang ada. Konvoi-konvoi di jalan
raya seolah membuka jalan untuk orang penting, yang sebenarnya hanyalah parasit
korup yang menyiksa rakyat.
Perjalanan dinas
menjadi dalih untuk wisata pribadi dengan uang rakyat. Rapat dengan “uang rapat”
menjadi dalih untuk mengeluarkan anggaran, guna mempergendut rekening pribadi.
Pemilu dan pilkada, yang merupakan salah satu proses terpenting di dalam
demokrasi, menjadi kesempatan untuk menjual diri ke rakyat, guna memperoleh
kesempatan untuk korupsi di kemudian hari. Tak heran, politik kita kini
semrawut.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)