Oleh GALANG
PRATAMA. ....demokrasi merupakan asa dari rakyat dimana keadilan dan
keinginan kolektif dalam mewujudkan kesejahteran dan kedamaian sedangkan partai politik merupakan keNdaraan untuk
mencapai mewujudkan asa kolektif tersebut
Tanpa partai politik mustahil
demokrasi bisa diwujudkan menjadi realitas kongkret, demi terwujudnya kehidupan
yang lebih baik. Dengan segenap kelebihan dan kekurangannya, demokrasi
merupakan life system yang mendasari tegaknya keadilan. Inilah aksioma yang
hampir tak terbantahkan. Partai politik, dengan demikian, hadir sebagai
instrumen untuk menghimpun kekuatan massa yang secara asertif berdiri tegak di
garda depan perjuangan mewujudkan demokrasi
Sangat bisa
dimengerti pada akhirnya mengapa di negara-negara otoriter, sistem politik
berpijak pada prinsip single party . Hanya di negara-negara demokratislah
benar-benar lahir dan berkembang sistem multipartai.
Dengan logika seperti itu,
tampak jelas betapa sesungguhnya sangatlah penting dan strategis keberadaan
partai politik. Melalui kelembagaan partai politik itulah,seharus,,harapan untuk mewujudkan keinginan rakyat
bisa di kogkritkan...tapi kenyataan semakin banyak partai yang ikut dalam pemilu.,,
Semakin jauh harapan rakyat bisa
terwujud Berbagai konsekuensi
dalam hal pengelolaan partai politik hingga berujung pada tercapainya kekuasaan
di parlemen atau di pemerintahan, untuk setiap tokoh partai,
departemen-departemen politik seharusnya
tidak merupakan mata pencaharian. Pada setiap jabatan politik adalah jabatan amanah Tapi aneh
bin ajaib, semua hal yang baru saja dikemukakan merupakan sesuatu yang indah di
atas kertas.
Pada prakteknya di belantara politik, tokoh-tokoh politik tak
lebih hanyalah "SRIGALA -SRIGALA
Lapar yang siAP MENERKAM". Dalam realitas hidup yang sangat
kongkret, tokoh-tokoh politik yang berafiliasi dengan partai-partai politik tak
lebih hanyalah monster yang begitu ambisius memburu kekuasaan-hampir tanpa
titik jedah. Dan setelah kekuasaan benar-benar diraih, praksis politik
disterilisasi sepenuhnya dari keniscayaan mewujudkan kedaulatan rakyat. Politik
sebagai panggilan nasional pun lantas berhenti sekadar sebagai kata-kata kosong
tanpa makna. Pelan tapi pasti, masyarakat merasakan secara sangat kongkret
sesuatu yang teramat aneh. Betapa sesungguhnya, tokoh-tokoh partai yang
berhasil meraih kekuasaan itu teralienasi dari amanat
Tak bisa
disangkal dan diragukan lagi, kita hidup di dunia yang penuh dengan
kemunafikan. Bagaikan udara, kemunafikan terasa di setiap nafas yang kita
hirup. Kemunafikan juga tampak di setiap sudut yang dilihat oleh mata.baik mata
hati maupun mata batin kita,namun kita
seakan mengiyakan atau memang tidak mau
ambil pusing dengan sikon ini yang terus
mengalir bagaikan air mengisi secara
perlahan dari beragai aspek kehidupan kita,kenyataan ini akan terus berlanjut jika kita terus diam dan
diam,perubahan tidak aka terjadi Mungkin, konsep ini benar: kita munafik,
apakah kita mau mengakuinya..???
Politik juga
adalah bidang yang digerogoti oleh penyakit kemunafikan. Senyum di media
disebarkan secara luas, sementara korupsi dan penipuan terus dilakukan.
Janji-janji indah digemakan, sementara praktek nyata untuk perbaikan kehidupan
bersama tak kunjung tiba. Baju necis dan bau harum menjadi ciri para politikus
untuk menutupi kekotoran tindakan mereka yang telah menipu rakyat banyak
orang.,mereka berbicara atas nama rakyat tetapi sikap dan perbuatan mereka
menindas serta memperkosa hak hak rakyat
Pidato dibuat
seindah mungkin, didukung dengan data-data yang telah dipalsukan, untuk
menutupi kenyataan sosial yang menyakitkan. Retorika, yakni kemampuan
mempermainkan kata dan menjungkirbalikkan kebenaran, menjadi senjata para
politikus untuk menyembunyikan borok politik yang ada. Konvoi-konvoi di jalan
raya seolah membuka jalan untuk orang penting, yang sebenarnya hanyalah parasit
korup yang menyiksa rakyat.
Perjalanan dinas
menjadi dalih untuk wisata pribadi dengan uang rakyat. Rapat dengan “uang rapat”
menjadi dalih untuk mengeluarkan anggaran, guna mempergendut rekening pribadi.
Pemilu dan pilkada, yang merupakan salah satu proses terpenting di dalam
demokrasi, menjadi kesempatan untuk menjual diri ke rakyat, guna memperoleh
kesempatan untuk korupsi di kemudian hari. Tak heran, politik kita kini
semrawut.