LAPORKAN TIKUS TIKUS KANTOR DAN PENJABAT PENJABAT YG MALING/KORUPSI KE KPK AYO SPA BERANI

Senin, 03 Desember 2012

DEMOKRASI DAN KEMUNAFIKAN..PARTAI POLITIK


Oleh GALANG PRATAMA. ....demokrasi merupakan asa dari rakyat dimana keadilan dan keinginan kolektif dalam mewujudkan kesejahteran  dan kedamaian sedangkan  partai politik merupakan keNdaraan untuk mencapai mewujudkan asa kolektif tersebut

Tanpa partai politik mustahil demokrasi bisa diwujudkan menjadi realitas kongkret, demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Dengan segenap kelebihan dan kekurangannya, demokrasi merupakan life system yang mendasari tegaknya keadilan. Inilah aksioma yang hampir tak terbantahkan. Partai politik, dengan demikian, hadir sebagai instrumen untuk menghimpun kekuatan massa yang secara asertif berdiri tegak di garda depan perjuangan mewujudkan demokrasi

Sangat bisa dimengerti pada akhirnya mengapa di negara-negara otoriter, sistem politik berpijak pada prinsip single party . Hanya di negara-negara demokratislah benar-benar lahir dan berkembang sistem multipartai. 

Dengan logika seperti itu, tampak jelas betapa sesungguhnya sangatlah penting dan strategis keberadaan partai politik. Melalui kelembagaan partai politik itulah,seharus,,harapan untuk mewujudkan keinginan rakyat bisa di kogkritkan...tapi kenyataan semakin banyak partai yang ikut dalam pemilu.,,

Semakin jauh harapan rakyat bisa terwujud  Berbagai konsekuensi dalam hal pengelolaan partai politik hingga berujung pada tercapainya kekuasaan di parlemen atau di pemerintahan, untuk setiap tokoh partai, departemen-departemen politik seharusnya tidak merupakan mata pencaharian. Pada setiap jabatan politik adalah jabatan amanah Tapi aneh bin ajaib, semua hal yang baru saja dikemukakan merupakan sesuatu yang indah di atas kertas. 

Pada prakteknya di belantara politik, tokoh-tokoh politik tak lebih hanyalah "SRIGALA -SRIGALA Lapar yang siAP MENERKAM". Dalam realitas hidup yang sangat kongkret, tokoh-tokoh politik yang berafiliasi dengan partai-partai politik tak lebih hanyalah monster yang begitu ambisius memburu kekuasaan-hampir tanpa titik jedah. Dan setelah kekuasaan benar-benar diraih, praksis politik disterilisasi sepenuhnya dari keniscayaan mewujudkan kedaulatan rakyat. Politik sebagai panggilan nasional pun lantas berhenti sekadar sebagai kata-kata kosong tanpa makna. Pelan tapi pasti, masyarakat merasakan secara sangat kongkret sesuatu yang teramat aneh. Betapa sesungguhnya, tokoh-tokoh partai yang berhasil meraih kekuasaan itu teralienasi dari amanat

Tak bisa disangkal  dan diragukan  lagi, kita hidup di dunia yang penuh dengan kemunafikan. Bagaikan udara, kemunafikan terasa di setiap nafas yang kita hirup. Kemunafikan juga tampak di setiap sudut yang dilihat oleh mata.baik mata hati maupun mata batin  kita,namun kita seakan mengiyakan atau memang tidak  mau ambil pusing dengan sikon ini yang  terus mengalir bagaikan air  mengisi secara perlahan dari beragai aspek kehidupan kita,kenyataan ini  akan terus berlanjut jika kita terus diam dan diam,perubahan tidak aka terjadi Mungkin, konsep ini benar: kita munafik, apakah kita mau mengakuinya..???

Politik juga adalah bidang yang digerogoti oleh penyakit kemunafikan. Senyum di media disebarkan secara luas, sementara korupsi dan penipuan terus dilakukan. Janji-janji indah digemakan, sementara praktek nyata untuk perbaikan kehidupan bersama tak kunjung tiba. Baju necis dan bau harum menjadi ciri para politikus untuk menutupi kekotoran tindakan mereka yang telah menipu rakyat banyak orang.,mereka berbicara atas nama rakyat tetapi sikap dan perbuatan mereka menindas serta memperkosa hak hak  rakyat

Pidato dibuat seindah mungkin, didukung dengan data-data yang telah dipalsukan, untuk menutupi kenyataan sosial yang menyakitkan. Retorika, yakni kemampuan mempermainkan kata dan menjungkirbalikkan kebenaran, menjadi senjata para politikus untuk menyembunyikan borok politik yang ada. Konvoi-konvoi di jalan raya seolah membuka jalan untuk orang penting, yang sebenarnya hanyalah parasit korup yang menyiksa rakyat.

Perjalanan dinas menjadi dalih untuk wisata pribadi dengan uang rakyat. Rapat dengan “uang rapat” menjadi dalih untuk mengeluarkan anggaran, guna mempergendut rekening pribadi. Pemilu dan pilkada, yang merupakan salah satu proses terpenting di dalam demokrasi, menjadi kesempatan untuk menjual diri ke rakyat, guna memperoleh kesempatan untuk korupsi di kemudian hari. Tak heran, politik kita kini semrawut.