LAPORKAN TIKUS TIKUS KANTOR DAN PENJABAT PENJABAT YG MALING/KORUPSI KE KPK AYO SPA BERANI

Minggu, 06 Juli 2014

HASIL EXIT POLL PEMUNGUTAN SUARA WNI DILUAR NEGERI PILPRES 2014

PEMUNGUTAN suara WNI di luar negeri telah berlangsung mulai hari ini. Mulai banyak klaim dan gosip mengenai hasil perolehan Pilpres, atau Quick Qount/exit poll. Berikut adalah hasil exitpoll dari pemilihan pilpres di luar negeri

Exit poll ini berbeda dengan quick count. Exit poll ini para pemilih yang baru keluar bilik suara ditanyain oleh relawan masing-masing kubu. Jadi hasilnya masih mungkin diperdebatkan. Berikut hasil exit poll dari masing-masing kubu yang beredar, Sabtu (5/7/2014). Informasi soal hasil exit poll ini juga tak bisa dikonfirmasi validitasnya.

Hasil exit poll dari kubu Prabowo-Hatta:

Taiwan (Prabowo-Hatta) 76% (Jkw-JK) 24%
Arab saudi (Prabowo-Hatta) 46% (Jkw-JK) 54%
Malaysia (Prabowo-Hatta) 75% (Jkw-JK) 25%
Jepang (Prabowo-Hatta) 77% (Jkw-JK) 23%
Tiongkok (Prabowo-Hatta) 45% (Jkw-JK) 55%
Yaman (Prabowo-Hatta) 66% (Jkw-JK) 34%
Singapura (Prabowo-Hatta) 52% (Jkw-JK) 48% Masih

Hasil exit poll kubu Jokowi-JK:

Arab Saudi: Jokowi 75% Prabowo 25%
Eropa: Jokowi 60% Prabowo 40%
Amerika Serikat: Jokowi 80% Prabowo 20%
Australia: Jokowi 85% Prabowo 15%
Timur Tengah: Jokowi 70% Prabowo 30%
Asia Oceania: Jokowi 65% Prabowo 35%
Malaysia: Jokowi 85% Prabowo 15%
Jepang: Jokowi 60% Prabowo 40%


CATATAN  : DATA,,diambil dari berbagai sumber dan validitas datanya bisa berubah 

“PEMILU DAMAI “ KITA TETAP BERKAWAN WALAUPUN KITA BEDA PILIHAN

Intensitas Masyarakat/rakyat yang menggunakan internet semakin tinggi, baik yang menggunakan facebook FB , twitter ,blog dll dimana-mana para penguna internet saling beradu opini tentang capres dan cawapres di PILPRES 2014 .hal ini menunjukan bahwa antusias masyarakat yang berpartisipasi sangat tinggi fenomena ini menunjukan bahwa demokrasi di Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan yang menuju kearah demokrasi yang lebih baik ,namun sayang tidak didukung oleh sikap dan prilaku yang bijak dari elite-elite politik dan media media social untuk memberikan edukasi yang baik pada rakyat

Terlepas dari semua itu ada aspek yang menarik untuk kita cermati dalam pelaksanaan PILPRES 2014 ini, bahwa rata rata pengguna internet di media- media social memanfaatkan fb.twitter,blog dll sebagai ajang kanpanye, baik kampanye sehat maupun ‘black campagne’. Baik yang dilakukan oleh relawan yang berbayar ataupun relawan yang tidak berbayar, Hal ini mendorong masyarakat pengguna jejaring social pun lebih aktif melakukan posting, baik yang mendukung maupun yang menghujat. tidak sedikit kata-kata yang kotor bahkan melewati batas pun terlontar.bak cendawa dimusim hujan, menjamur di semua lini Hal ini ternyata memicu rasa tidak nyaman bagi banyak pengguna jejaring social yang lainnya.

Dari hasil pantauan penulis di jejaring sosial. Khusus FB dan Twiter “penulis  tidak memperoleh nominal yang pasti  unfriend. Namun ada peningkatan perbincangan tentang unfriend yang signifikan jelang pemilu ini,” Peningkatan perbincangan ini, diasumsikan menunjukkan adanya peningkatan jumlah pencabutan pertemanan.blokir pertemanan dll

Imbas dari kampanye yang terus meningkat di media social, sejumlah efek buruk pun bermunculan. Salah satu yang paling tampak adalah aktivitas pemutusan pertemanan. menemukan aktivitas ‘unfriend, unfollow, block dan unshared’ terkait pemilu meningkat sampai sekitar 3.513 di Twitter dan fb sebelum pelaksanaan pilpres  fenomena ini tidak ada sama sekali. penyebabnya  adalah banyaknya argumen yang kasar atau mencaci maki tentang capres dan cawapres yang mereka usung  atau favoritkan hal inilah yang memicu adanya pemblokiran pertemanan atau pemutusan pertemanan.

Banyak dari pengamat politik yang berpendapat kandidat yang bisa kuasai suara di media sosial akan kuasai suara riil. Tapi pandangan ini keliru. Peran media social memang tidak bisa diabaikan begitu saja. Dengan adanya media social, sosok capres dan cawapres menjadi lebih dikenal oleh masyarakat, baik dalam sisi baiknya maupun sisi buruknya. Tetapi yang memprihatinkan adalah adanya saling menjatuhkan antar pendukung, baik dengan mengumbar keburukan capres maupun mengunggah kebaikan capres yang di dukung. Sayangnya ini membuat sebagian masyarakat menjadi saling membenci satu sama lain.dan  jika ini terus berlanjut akan bisa memperkeruh suasana yang sensitive ini dan bisa-bisa akan berimbas pada masalah keamanan persatuan dan kesatuan bangsa.


Karena itu, kembalikanlah fungsi jejaring social dan media social sebagai media pertemanan.dan media untuk saling  tukar  informasi yang membangun baik mengenai budaya pengetahuan politik dll  Jangan karena pemilu yang lima tahun sekali, pertemanan kandas lantaran beda capres dan cawapres  yang kita dukung ,,perlu ada penyatuan persepsi bahwa pemilu PILPRES,ini adalah sebagai ajang untuk memilih pemimpin  yang  terbaik dinegeri ini ,siapapun pemimpinnya  tak jadi masalah asal mereka bisa membawa  bangsa dan negeri ini menjadi negeri yang makmur aman dan bermartabat .ok,,

Namun jika pemimpin hasil pilpres ini tidak bisa merealisasikan apa yang dijanjikan serta apa yang dia ucapkan saat berkampanye kewajiban kita bersamalah untuk mengkritisi dan  mengkoreksinya agar bangsa yang sama-sama kita cintai ini berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 45..Bukankah tujuan kita sama yakni ingin melihat negeri kita INDONESIA  MENJADI NEGERI YG MAJU AMAN DAN DAMAI ok..so..KITA TETAP BERKAWAN WALAUPUN KITA BEDA PILIHAN